saya sering bertanya-tanya !!!
kenapa ya ka'bah menjadi kiblat sholat kita ????????
dan saya ingin sedikit berbagi informasi...........
Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Allah telah menjadikan Ka’bah, rumah suci itu sebagai pusat (peribadatan dan urusan dunia) bagi manusia, dan (demikian pula) bulan Haram, had-ya, qalaid. (Allah menjadikan yang) demikian itu agar kamu tahu, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi dan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. ( QS. Al-Maidah (5) : 97 )
Adalah rekomendasi dari Allah yang tidak bisa di ubah lagi. Walaupun menurut sejarah pernah terjadi pengalihan kiblat sebagaimana dikisahkan oleh Al-Qurthubi, ketika shalat telah diwajibkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang-orang mukmin. Semula arah Kiblat sama seperti semasa leluhur beliau, Nabi Ibrahim AS. Setelah hijrah ke Madinah (ada pula ulama yang mengatakan menjelang hijrah) Allah SWT memerintahkan agar beliau menghadapkan wajah ke Al-Quds. Rasulullah SAW biasa melakukan dengan berdiri diantara Hajar Aswad dan Rukun Yamani, sehingga Baitullah dan Baitul-Maqdis, dua-duanya, berada didepan beliau. Menurut hadits Bukhari, Rasulullah Muhammad SAW mengerjakan shalat dengan Kiblat Al-Quds selama sekitar 16 atau 17 bulan sewaktu di Madinah. Rasulullah SAW sepenuhnya berserah diri kepada perintah Allah SWT. Namun demikian beliau pun berharap bahwa Kiblat hendaknya sama seperti semasa Nabi Adam AS dan Nabi Ibrahim AS. Adapun Allah SWT Maha Mengabulkan harapan insan-insan pilihan-Nya. Oleh karena itu Rasulullah SAW sangat berharap bahwa keinginan beliau pun dikabulkan Allah SWT. Berkali-kali Beliau menengadahkan wajah ke langit, dari hari ke hari, mengharapkan turunnya wahyu perihal kiblat.
Dan, Allah SWT pun berfirman :
Sungguh Kami (sering) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan palingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Maka palingkanlah wajahmu kearah Masjidil Haram. ( QS. Al-Baqarah (2) : 144 )
Dengan diturunkannya wahyu ini, Allah SWT mengabulkan keinginan Rasulullah SAW. Selanjutnya, perhatikanlah kata ‘syathra’ disini berarti bahwa orang-orang di negara lain bilamana melaksanakan shalat hendaklah berusaha sebaik-baiknya untuk menghadapkan wajah ke arah Masjidil Haram, namun tidak perlu harus persis ke arah bangunan Ka’bah. Akan tetapi, bagi mereka yang dapat melihat Baitullah wajib menghadap tepat ke Ka’bah sewaktu mengerjakan shalat.
Penetapan Ka’bah sebagai kiblat, adalah untuk membedakan antara ummat islam dengan ummat lainnya.
Ka’bah merupakan tempat yang sangat kaya dengan sejarah sejak zaman nabi Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW.
Dan menurut penelitian ilmiah sekarang, yang menunjukkan bahwa Ka’bah adalah :
Hasil konferensi itu mengimbau umat Islam sedunia menjadikan Makkah–Ka’bah berada di 21 derajat 25 menit lintang utara dan 39 derajat 50 menit bujur timur–sebagai titik awal perhitungan waktu.
Alasannya sederhana, Makkah, menurut kajian ilmiah, adalah ‘pusat bumi‘.
Di dalam Al-Quran Al-Karim, secara tegas Allah SWT menetapkan bahwa Ka’bah adalah rumah yang pertama didirikan di muka bumi untuk menyembah Allah SWT disitu. Kemudian manusia di seluruh dunia bila hendak menyembah Allah SWT dengan cara sholat diwajibkan menghadapkan diri mereka ke arah Ka’bah itu.
Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. ( QS. Ali Imron (3) : 96 )
Dan dari mana saja kamu , maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. ( QS. Al-Baqarah (2) : 150 )
Sejarah Ka’bah
Sejarah Ka’bah adalah sejarah sebelum peradaban manusia ini diciptakan Allah SWT dan sebelum mereka turun ke bumi. Adalah para malaikat yang diperintahkan Allah SWT untuk turun ke bumi dan mendirikan Ka’bah lalu mereka diperintahkan untuk bertawaf di sekelilingnya. Hingga datang masa penciptaan Nabi Adam AS dan singkat cerita beliau diturunkan ke bumi di wilayah yang sekarang bernama India. Selanjutnya beliau berjalan mencari istrinya Hawa dan ternyata di sekitar rumah Allah inilah beliau bertemu dan kemudian tinggal lalu beranak pinak. Rumah Allah (Ka’bah) ini menjadi tempat untuk beribadah kepada-Nya sepanjang masa, baik masa Nabi Nuh AS, Nabi Ibrahim AS atau nabi-nabi lainnya.
Arab Jahiliyah Pun Tidak Menyembah Ka’bah
Sejak zaman Nabi Adam AS manusia tahu bahwa Ka’bah bukanlah berhala yang disembah. Bahkan hingga masa kehidupan bangsa Quraisy yang terkenal sebagai penyembah berhala dan telah meletakkan tidak kurang dari 360 berhala di seputar Ka’bah, mereka pun tidak terpikir untuk menyembah Ka’bah. Bahkan orang Arab di masa itu sering membuat tuhan dari makanan seperti roti, kurma dan apapun yang menurut khayal mereka bisa dianggap menjadi tuhan. Tapi tidak dengan Ka’bah, karena dalam keyakinan mereka Ka’bah memang bukan tuhan atau berhala. Mereka hanya melakukan ibadah dan tawaf di sekelilingnya. Ka’bah bagi para penyembah berhala itu bukanlah berhala yang disembah, Ka’bah bagi mereka adalah rumah Allah SWT untuk melaksanakan ibadah.
Bukti Lain
Hal itu bisa menjadi lebih jelas ketika raja Abrahah dari Habasyah menyerbu ka’bah dengan tentara bergajah. Orang-orang Quraisy saat itu tidak merasa takut Ka’bah mereka akan hilang, karena dalam diri mereka ada keyakinan bahwa Ka’bah itu bukan tuhan, tapi Ka’bah adalah rumah Allah, tentu saja Sang Pemilik yang akan menjaganya. Abdul Muttalib justru sibuk mengurus kambing-kambing miliknya yang dirampas sang raja. Sedangkan masalah Ka’bah, beliau yakin sekali pasti ada Yang Menjaganya.
Di dalam Al-Quran Al-Karim, peristiwa itu diabadikan dalam sebuah surat pendek :
Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah ? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia?, dan Dia mengirimkan kapada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah yang terbakar, lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan. ( QS. Al-Fiil (105) : 1-5 )
Niat Jelek Orientalis Plus Keawaman Umat Islam
Jadi hanya kalangan orientalis barat yang bodoh dan kurang bacaan saja yang dengan pandirnya menafsirkan bahwa orang arab jahiliyah dulu menyembah Ka’bah. Sungguh sebuah analisa yang menelanjangi kedangkalan ilmu mereka dan justru menjelaskan bagaimana ketelatan-berpikir mereka atas kajian yang mereka tulis.
Apalagi bila sampai kepada kesimpulan bahwa orang Islam menyembah Ka’bah. Wah, sungguh betul-betul nampak jelas betapa terkucilnya mereka dari dunia ilmu pengetahuan dan sejarah. Kita hanya bisa bilang kepada mereka “kasihaaan deh”.
Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab