Pasukan Garuda Takhluk di Teheran
Menggunakan formasi 4-4-2, pelatih Wim Rijsbergen menurunkan skuad yang diturunkan waktu melawan Palestina, kecuali M.Nasuha. Di bawah mistar pelatih mempercayai Markus Horison. Di barisan belakang ada Zulkifli, Roby, Hamka, Benny W. Di lapangan tengah di isi oleh Hariono, Firman, Ridwan, Ilham dan posisi striker dipercayakan kepada duet El Loco dan BP. Mengawali pertandingan dengan gugup para pemain langsung mendapatkan tekanan yang bertubi-tubi dari pemain Iran. Namun hingga akhir babak I skor masih tetap 0-0.
Memasuki interval ke II, Timnas kehilangan konsentrasi sehingga sering salah dalam melakukan jebakan offside dan mengantisipasi bola yang datang. Kelemahan itu akhirnya dimanfaatkan oleh Iran sehingga mereka bisa memasukkan bola sebanyak 3 kali tanpa balas. Meski 2 gol itu berbau keberuntungan karena faktor postur pemain Iran yang tinggi sehingga selalu menang dalam duel udara, namun hal itu juga karena kesalahan pemain. Saya memang bukan ahli analisis, tapi hanya menyampaikan unek-unek saya.
1. Markus memang sangat baik dalam hal mental tanding dan ketenangan. Namun dia sangat ragu dalam memotong bola, baik crossing maupun umpan terobosan. Selalu ragu dalam mengambil keputusan bagi seorang kiper merupakan bumerang. Selain itu dia juga kerap kurang sempurna dalam mengamankan bola sehingga sering terlepas. Saya lebih setuju jika Ferry yang menjadi pemain utama, kalau dia cedera saya akan lebih memilih I Made Irawan.
2. Di barisan belakang saya kecewa dengan Zulkifli. Dia terlalu sering memainkan bola, melakukan gerakan individu sehingga dengan mudah diambil oleh lawan. Jika Zulkifli tidak bermain dalam top perform nya masih ada Supardi yang juga tak kalah kualitas dengan Zulkifli. Selain itu keputusan pelatih menurunkan Roby juga patut dipertanyakan, walaupun Roby punya kualitas yang baik namun dia kalah telak dalam postur dengan pemain lawan. Kalau tahu akan melawan tim yang punya postur tinggi kenapa tidak memainkan Ambrizal atau Wahyu yang punya postur tinggi dan ideal untuk melawan pemain Iran. Kedua pemain ini juga punya kualitas yang baik dibanding kompatriotnya di jantung pertahanan.
3. Di lapangan tengah saya juga kecewa dengan performa Ridwan yang tak berkembang. Dia sering kehilangan bola dan bingung setiap kali bola di kakinya. Hal ini tentu tak baik untuk permainan tim, namun pelatih tak kunjung melakukan pergantian hingga pertandingan tersisa sedikit lagi. Saya lebih memilih okto yang turun dari awal karena dia cukup rajin merebut bola dari lawan. Selain itu, ketidakhadiran Bustomi juga memberi dampak terhadap permainan Firman yang harus rela turut menjadi defensif miedfielder bersama Hariono, walaupun Hariono bermain bagus tadi malam.
4. Permainan CG dan BP cukup baik tadi malam. Hanya memang mereka tidak mendapat suplai bola karena selalu mendapat tekanan dari pemain Iran sepanjang pertandingan. Namun di balik itu, kita tentu sangat menantikan kehadiran Boaz di lapangan guna membawa garuda terbang tinggi.
5. Ketiadaan Rahmad Darmawan lah yang menjadi faktor utama kekalahan Timnas. Kenapa ? karena dialah yang sebenarnya lebih mengetahui dan memahami Timnas secara luar dalam. Kehadirannya yang selalu memberi nasehat kepada pemain sangat dibutuhkan dalam perjalanan menuju Brazil. Sedangkan Wim tentu tidak langsung diterapkan instruksinya karena perbedaan bahasa dan kurang pahamnya Wim dengan karakter sepakbola Indonesia. Lihatlah permainan timnas ketika masih ada RD di bench, mereka begitu paham dengan instruksi yang diberikan RD dari luar lapangan.
Demikian analisis saya mengenai pertandingan kemarin. Semoga Timnas bisa membalas di Gelora Bung Karno besok luas. Majulah Garudaku, raih mimpi seluruh masyarakat Indonesia..