Sudah hampir 66 tahun negara ini memperoleh kemerdekaannya setelah dijajah oleh beberapa bangsa asing selama tiga ratus tahun lebih. Dalam kurun waktu antara 1945, ketika republik ini diproklamasikan berdirinya, hingga saat ini, berbagai peristiwa telah terjadi dan tidak sedikit yang mengakibatkan munculnya ancaman terhadap keutuhan bangsa dan negara Indonesia. Salah satu peristiwa penting yang meninggalkan bekas dalam catatan sejarah negeri ini adalah berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) di awal masa kemerdekaan. Topik ini memang selalu dan akan tetap menarik untuk diperbincangkan, lengkap dengan segala pendapat para ahli maupun saksi-saksi sejarah. Fakta yang diungkapkan dalam buku pelajaran sejarah di bangku sekolah maupun yang tersimpan di dalam arsip nasional Pemerintah Indonesia dianggap sebagai kebohongan oleh sebagian pihak, termasuk di antaranya komunitas yang mengaku sebagai Warga Negara Islam Indonesia dan para simpatisannya. Akhir-akhir ini, isu mengenai NII kembali membesar ketika tersebarnya berita mengenai beberapa mahasiswa yang hilang maupun yang sudah kembali namun dalam keadaan sudah tidak seperti biasa di kenal oleh lingkungan sekitarnya. Isu pencucian otak yang dilakukan oleh NII menjadi penyebab hilangnya mahasiswa tersebut. Sebut saja Mahatir Rizki (19), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang diduga korban doktrinisasi kelompok Negara Islam Indonesia (NII), walaupun saat ini telah pulang ke rumahnya di Nusa Tenggara Timur, namun kondisinya tidak seperti dulu sebelum dia menjadi korban cuci otak. Nah, saya akan membawa Anda untuk menganalisa isu ini dari pandangan politik yang saya pahami. Isu mengenai NII ini sudah lama ada di bangsa Indonesia, bahkan sebelum kemerdekaanpun sudah ada. Hal ini ditandai dengan adanya pejuang-pejuang Indonesia dalam merebut kemerdekaan dari kalangan laskar Hizbullah-Sabilillah yang merupakan alumnus institute shuffah yang melahirkan kader-kader mujahid. Institute ini dibentuk oleh Kartosoewirjo dan para ulama lainnya. Isu mengenai NII ini mengalami naik-turun dari tahun ke tahun dalam perjalanan bangsa Indonesia. Ironisnya, sejak masa orde lama sampai reformasi saat ini, tidak ada usaha pemerintah untuk membubarkan NII ini, bahkan seperti sengaja dipelihara oleh pemerintah. Hal inilah yang membawa saya pada suatu kesimpulan bahwa isu NII ini sengaja dipelihara oleh pemerintah sebagai sebuah isu yang digunakan untuk meng-counter isu-isu miring mengenai pemerintah itu sendiri. Seperti contoh kasus dari tahun 2009-2011. Pada tahun 2009 isu NII sempat hilang dari kehidupan bangsa Indonesia, hal ini dikarenakan hangatnya isu pemilihan umum partai politik dan presiden/wakil presiden yang membuat isu NII seperti sudah tidak ada lagi. Namun pada tahun 2010 isu NII kembali “dinaikkan” oleh pemerintah untuk meng-counter isu miring pemerintah itu. Sebut saja kasus buku gurita cikeas, kasus Antasari Azhar yang menurut saya tidak bersalah hanya mainan pemerintah saja, kasus Anggodo bersama Bibit-Chandra, dugaan keterlibatan SBY dan Boediono dalam kasus Century, kasus Artalyta Suryani dan Urip, Sri Muliyani, kasus Susno Duajdi, kasus Gayus Tambunan dan Andi Kosasih, keterlibatan Polri dalam kasus penerimaan cek perjalanan traveler cheque dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada 2004, dll. Banyaknya kasus yang menyudutkan pemerintah memberikan pemikiran kepada mereka untuk menaikkan lagi kasus NII sebagai peng-counter isu miring terhadap pemerintah. Hal ini sukses karena dengan sekejap semua media elektronik dan massa memberitakan mengenai kasus NII ini sehingga menghilangkan isu-isu miring pemerintah yang membuat rakyat juga lupa akan hal itu. Pada tahun 2011 ini misalnya, kasus bom buku, kasus ahmadiyah, kasus perbuatan tercela Arifinto anggota DPR-RI, Penyelewengan dana wisma atlet sea games Palembang, pembangunan gedung DPR telah mencoreng wajah pemerintahan kita. Semua kasus itu tidak bisa dielakkan lagi oleh pemerintah, yang tampak tidak sanggup untuk menjadi wakil rakyat. Sebab itu isu NII kembali dinaikkan untuk meng-counter hal miring pada pemerintah. Sungguh pandai kalian para wakil rakyat, mengelabui dan membodohi kami rakyat kecil. Ingatlah sepandai-pandai tupai melompat, pasti akan terjatuh juga.
Issue Politic dan Counter Issue
---------------------------------
---------------------------------
Diposting oleh
Tri Anung Anindita
0 komentar:
Posting Komentar