Setiap
daerah pasti memiliki bahasa sendiri. Walaupun terkadang ada beberapa
kata yang sama. Namun yang pasti bahwa setiap daerah memiliki keunikan
tersendiri dalam berbahasa seperti yang akan kita bahas berikut ini.
Ada
apa dengan istilah diatas? Hmmm, dua dari terma diatas (Rawang dan
Ladang) merupakan terma yang biasa diucapkan oleh masyarakat di
Siberakun. Keduanya merujuk pada lokasi yang sama tetapi sudah berbeda
kondisi. Istilah Rawang biasanya merujuk pada lokasi pertanian (biasanya ditanami padi) yang tidak/belum dan setelah panen dilaksanakan. Artinya, Rawang merupakan lahan kosong dimana kondisinya terkesan tidak terurus namun kadang bisa memberikan pemandangan yang eksotis jika dilihat dari sisi tertentu. Seperti
yang biasa kita lihat disejumlah lukisan yang memberikan deskripi
sebuah kondisi dimana berbagai jenis unggas seperti Itik, angsa, bangau
asik bermain air, mencari cacing dan memakan pucuk rumput liar.
Sedangkan untuk istilah Ladang menunjukkan kondisi bahwa Rawang sedang
dalam proses pengolahan yang dimulai dari pembersihan lahan,
penyemaian/penanaman bibit hingga panen berakhir. Umumnya, Rawang/Ladang
ditanami padi. Namun terkadang juga sebagai tempat penyemaian bibit
ikan.
Tanpa
disadari, inilah buktinya. Silahkan amati percakapan berikut ini atau
pembaca ingat lagi kenangan masa-masa orang tua sibuk ke sawah sementara
kita menjaga adik di rumah alias ngasuah. hehehehehe,,,,,,
(percakapan musim bercocok tanam / musim ka ladang)
Seorang ibu datang kerumah dan bertanya:
Ibu A: “Ben, Omak ang mano? /Ben, mana ibu?”
Jawaban yang normalnya adalah:
Ben: “omak poi ka ladang,olun lamo bonar poi lero /barusan ibu berangkat ke sawah”
Bukan
Ben:"omak poi ka rawang". Jawaban ini cukup terasa ganjil bukan? heheheheehe..
Tapi jika Rawang tidak sedang dalam proses pengolahan pertanian,silahkan saja jawab "poi ka rawang, nangguak". hehehehe
Konklusi
nya, Rawang dan Ladang boleh saja berada dalam satu tempat (emang iya,
heheehe) tapi menunjukkan sebuah kondisi yang berbeda. Istilah Rawang
merujuk pada kondisi tidak sedang dalam masa bercocok tanam (ka
ladang.red) sedangkan istilah Ladang merujuk pada kondisi sebaliknya.
Ya
begitulah, terma unik yang biasa digunakan oleh masyarakat kita
khususnya di Siberakun. Sederhananya, terma Rawang dan Ladang dalam
bahasa Siberakun diartikan Sawah dalam bahasa Indonesia. Tetapi di
daerah lain di Indonesia, istilah Ladang berarti kebun sayuran atau
sejenisnya.
Terminologi Parolak = Kobun ?
Setelah
saya cermati kedua istilah tersebut, agaknya ada sedikit perbedaan
makna dari sisi lokasi tapi boleh jadi tidak ada perbedaan dari sisi
isi.
Terminologi Parolak
Parolak? Ya, sebuah istilah yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Siberakun. Parolak merupakan istilah yang sudah cukup lama digunakan, “sojak dek itu dek itu le atau jaman tak a ri le”.hehehehe...
Alright,
without further a do, langsung saja kita kupas terma Parolak ini. Tapi
mulai darimana ya?wkwkwkwkk. Okay then, mari kita amati dan fahami
dengan pendekatan historis (Historical approach).
Dulu (dek itu-dek itu le.red),
hingga sekarang (walau sudah mulai berkurang), orang-orang tua kita;
datuak, tino, ayah, omak, mamak, amai, etek, bonsu, kebiasaannya adalah
memanfaatkan lahan kosong untuk diolah menjadi lahan pertanian
sederhana. Biasanya, lahan kosong itu berada disamping Kiri/Kanan atau
dibelakang rumahnya, atau masih dalam lingkungan perumahan masyarakat.
Lahan kosong ini biasanya ditanami dengan sayuran,dan atau tanaman buah
yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Yang penting,bisa menambah
kebutuhan dapur. Biasanya, lahan ini ditanami cabe,ubi kayu,ubi
rambat,Ketimun, tomat, serai, sawo, tebu, pisang, Labu dan
lain-lain. Biasanya isi lahan ini sangat amburadul alias tidak teratur
tetapi memiliki kesan eksotisme tersendiri.hehehehe..lebai....
Yang
unik buat saya adalah, lahan ini dikelilingi oleh pagar yang sangat
tradisional. Misalnya, cukup dengan menambah/menyelipkan ranting kayu,
pelepah daun kelapa, pelepah rumbia dan sejenisnya dipagar yang sudah
ada sebelumnya. Bisa dibayangkan berapa kekuatan pagar tersebut?
Lumayanlah. Yang semakin menarik adalah bahwa pagar ini akan berubah
posisi yang dulunya terkesan kokoh akan menjadi miring ke dalam atau
keluar lahan tersebut (baca pagaran rorak.red).
Posisi seperti ini kadang dibiarkan cukup lama oleh pemiliknya tanpa
kita tahu alasan sebenarnya. Tapi biarlah, itu bukan urusan kita.
Hehehehe...
Dari cerita yang mungkin terkesan saya dramatisasi diatas, pembaca sudah bisa memahami arti terminologi Parolak. Gimana? Oke ga bro n sist?
Terminologi Kobun
Kobun
yang dalam bahasa Indonesia disebut Kebun bisa memiliki arti yang
sedikit berbeda jika dilihat dari sisi tertentu; sisi tempat yang
biasanya lumayan jauh dari rumah, bibit tanaman yang relative sejenis
dan ditanam dengan teratur. Disamping itu juga terkadang bibit yang
ditanam tumbuh lebih besar dan berusia hingga puluhan tahun seperti
bibit pohon karet, durian, rambutan dan lain lain. Dari aspek komersial
juga jauh berbeda. Keuntungan dari hasil Kobun jauh lebih besar dari Parolak.
Mari kita lihat apa yang ada didekat rumah kita. Barangkali pembaca atau tetangga memiliki Parolak dan Kobun; silahkan lihat dan amati keduanya dari berbagai perspektif.
Meskipun begitu, terkadang terminologi Kobun dan Parolak mengalami pergeseran menurut kondisi yang terjadi pada keduanya.
Kesamaan antara Parolak dan Kobun
terkadang bisa dilihat dari jenis tanaman yang sama,misalnya,cabe bisa
di Kobun dan bisa di Parolak dan begitu juga untuk tanaman lainnya.
sumber : http://lokuaksadia.blogspot.com/2011/08/terminologi-pertanian-rawangladang.html
0 komentar:
Posting Komentar