
Ramadhan datang sudah. Semua umat Islam akan menjalankan ibadah puasa. Tidak terkecuali di Negeri Beruang Putih, Rusia. Puasa yang jatuh di musim panas ini bisa berlangsung lebih 19 jam. wow !!!!!
Tanggal 1 Agustus 2011 benar-benar jatuh sebagai hari pertama puasa tahun 1432 H, akibatnya bumi utara lagi kebagian matahari. Lagi musim panas. Adapun di bagian selatan bumi sedang mengalami musim dingin. Ini artinya, hampir sepanjang hari matahari akan banyak nongol di seputaran Rusia dan hanya terlelap tidur dalam waktu yang amat singkat. Akibatnya, puasa menjadi panjang seperti ular naga dan memungkinkan pelakunya meraup banyak pahala.
Berdasarkan kalender puasa yang  baru saja beredar di Moskwa, pada 1 Agustus mendatang, ibukota Rusia  sebagai salah satu kota di ujung utara bumi, akan memulai puasa puasa  (imsak) dengan pada jam 03.15 dini hari dan buka puasa pada pukul 21.37  malam hari. Hitung punya hitung, para muslimin di Rusia pada hari penuh  berkah itu akan menahan lapar dan dahaga pada kisaran 18,5 jam. Atau 6  jam lebih panjang dibandingkan di Indonesia. Hmmm lumayan kan, karena  satu hari hanya terdiri dari 24 jam.
Kalau aktivitas ibadah Ramadan  di Rusia dibagi-bagi lagi, akan ketahuan adanya tantangan yang sungguh  berat. Bayangkan saja, waktu buka puasa jatuh pada pukul 21.30, lalu  sholat maghrib dilanjutkan makan malam, maka semua itu baru akan kelar  pada pukul 22.30. Istirahat sejenak, kemudian Isya datang pada pukul  23.28 nyaris tengah malam. Nah, bila dirangkaikan dengan sholat tarawih  di masjid dengan segala tadarus dan doanya, maka seorang muslim dari  Moskwa baru akan sampai rumahnya pada 01.30 dini hari. Lalu tidur  sebentar (dua jam) sudah harus bangun lagi untuk sahur.
Bukan hanya itu, pada musim  panas maka suhu udara juga naik menjadi sekitar 33 derajat Celcius di  siang hari. Tentu saja hal ini menjadikan tenggorokan sangat kering  karena udara disana tidak lembab. Pada musim panas tahun 2010, Moskwa  mendapatkan udara panas hingga 40 derajat plus kebakaran hutan yang amat  akut. Sudah gitu, tidak semua kantor dan perumahan memiliki fasilitas  AC. Huh, benar-benar cape deh.
Ya, diatas hal tersebut, semua  akan lebih berat buat para ibu yang harus menyiapkan dan menghidangkan  makanan sahur dan buka. Istirahat mereka pastilah akan sangat pendek  sekali. Mungkin tidur malam hanya satu setengah jam saja. Bandingkan  dengan muslim di Indonesia yang rata-rata bisa mulai istirahat pada  pukul 21.00 dan baru bangun sahur pada 03.30, alias bisa beristirahat  selama 6,5 jam.
Memang, matahari tidak selamanya  bercokol di bagian utara. Sesuai dengan kodratnya, pada bulan Agustus  sudah mulai bergeser ke selatan sedikit demi sedikit. Artinya, waktu  puasa juga semakin pendek dan waktu istirahat semakin panjang. Namun  tetap saja masih jauh lebih lama dibanding di tanah air.
Pada tanggal 10 Agustus 2011  misalnya, imsak sudah berubah menjadi 03.30 atau mengalami pergeseran 15  menit dan buka puasa pada 21.18. Sepuluh hari kemudian, imsak jatuh  pukul 03.40 dan buka puasa pada 20.55. Sedangkan puasa pada puasa  terakhir, imsak sudah mundur ke angka 04.10 dan buka puasa pada pukul  20.28.
Jujur saja, sebenarnya puasa  18,5 jam di Rusia saat ini bukanlah puasa terpanjang. Puasa paling lama  di bumi utara akan datang di Rusia sekitar 5 tahun lagi pada saat  Ramadan bertepatan dengan minggu terakhir Juni hingga awal Juli. Itulah  puncak musim panas di sana. Ketika mata masih terkantuk-kantuk bangun  tidur, matahari sudah nongol dan ketika mata mulai terpejam di atas  kasur, sang mentari masih mencorong.
Pada minggu ketiga Juni  misalnya, imsak biasanya jatuh pada jam 02.40 dan buka puasa pada jam  22.20 serta isya pukul 00.11. Bila saja puasa dijalankan pada masa ini  maka seseorang harus mampu menahan lapar dan dahaga hampir 20 jam  lamanya. Bahkan di beberapa tempat karena kekhususan lokasinya, malah  nyaris tidak punya malam hari. Di St. Petersburg misalnya, disana pada  minggu ketiga bulan Juni sering terjadi apa yang disebut white night,  malam tanpa gelap. Kalau kebetulan menemui kejadian ini, maka bisa jadi  matahari hanya sempat tidur dalam hitungan satu jam saja.
Jangan lupa, Rusia bukanlah  negara paling ujung dunia. Di sebelah utaranya masih ada Denmark,  Findlandia, Norwegia dan lainnya. Di negeri-negeri tersebut pada musim  panas mahatari bercokol lebih lama alias puasa menjadi makin panjang.  Bisa jadi, pada puncak musim panas, puasa mencapai 20-22 jam dalam  sehari.
Inilah sebuah masalah praktek  keagamaan yang sering menjadi perdebatan banyak orang. Apakah puasa  hanya mendasarkan pada hitungan matahari, ataukah juga mengikuti  ukuran-ukuran kesehatan manusia. Apabila puasa itu dimaksudkan agar  terjadi proses kesehatan dalam tubuh manusia, apakah dengan berpuasa  lebih dari tiga perempat hari masih masuk dalam katagori menyehatkan?  Padahal dalam sebuah firmanNya, Tuhan mengatakan tidak akan memberi  beban manusia diluar kemampuannya.
Persoalan diatas rupanya tidak  sempat secara khusus dibahas oleh para ahli fiqih klasik. Mereka belum  secara rinci melihat berbagai kemungkinan puasa di titik-titik ekstrim  dunia. Agama Islam yang diturunkan di negeri Arab dan banyak berkembang  di wilayah tropis memang tidak mendatangkan masalah besar terkait dengan  perubahan waktu puasa.
Justru para kyai di zaman modern  saat ini mulai memberikan fatwa tentang soal puasa di titik ekstrem.  Menurut sebagian ulama yang memahami bahwa ayat puasa senantiasa  dikaitkan dengan matahari, maka puasa dimanapun harus berdasarkan terbit  dan tenggelamnya sang surya. Berapa lamanya puasa ditentukan oleh  mencorongnya matahari. "Wajib berpuasa dalam masa tersebut, kecuali  tidak mampu," ujar mereka.
Apabila ajaran ini dilaksanakan,  maka setiap muslim mau tidak mau harus berpuasa sangat lama, pada  kisaran 20 jam. Atau hanya mengalami istirahat puasa dalam jangka yang  sangat pendek, yakni rata-rata 3 jam saja perhari. Dibanding muslim di  tempat lain, maka keadilan puasa panjang tersebut adalah manakala puasa  datang pada musim dingin, 20 tahun kemudian. Saat itu akan ada  kompensasi berupa puasa menjadi sangat pendek, yakni pada kisaran 9 jam  saja.
Ada juga ulama yang berpendapat,  sekiranya tidak mampu menjalani puasa panjang seperti di Rusia saat  ini, maka mereka bisa mengacu pada waktu puasa di Mekkah. Waktu mulai  dan buka puasanya disamakan dengan di kota Mekkah. Di sisi lain, ada  juga ulama yang berpendapat bahwa mereka bisa mengikuti waktu negara  dimana paling lama ditinggali. orang yang lama tinggal di Jakarta akan  berpedoman dengan waktu puasa di Jakarta.
Bagi kebanyakan muslim Rusia,  puasa panjang sudah merupakan sebuah fenomena alam yang jamak. Tidak ada  yang aneh lagi. Menurut beberapa ulama setempat, hal ini merupakan  tantangan iman bagi mereka. Kalau iman kuat, maka puasa panjang tidak  akan pernah menjadi masalah sebab masih jauh lebih enteng dibanding  perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika menyebarkan Islam pertama kali.
Meskipun begitu, para muallaf di  Rusia banyak juga yang tidak menjalankan puasa. Seorang pekerja  bangunan di apartemen saya misalnya, menyatakan tidak menjalankan puasa  pada waktu musim panas. "Dengan pekerjaan saya seperti ini, maka jujur  saja saya tidak mampu menjalaninya. Semoga Tuhan memaklumi," ujarnya.
Sementara itu Abudullah, seorang  muslim asal Indonesia yang sudah lama menjadi staf KBRI Moskwa lain  lagi ceritanya. Baginya yang penting adalah usaha maksimal dalam  menjalankan ibadah puasa. Diatas itu maka hanya Tuhan yang bisa memahami  dan mamaklumi. "Saya akan penuhi semua ketentuan waktu sesuai dengan  kalender matahari sampai saya benar-benar tidak mampu menjalaninya,"  tegasnya penuh keyakinan.
(M. Aji Surya adalah diplomat Indonesia pada KBRI Moskwa, ajimoscovic@gmail.com) [kompas.com]










1 komentar:
agen slot
Pragmatic Play
Deposit pulsa
Deposit pulsa
livegames casino
Posting Komentar