Nun di sebuah pulau besar di Samudera
Hindia, pesisir timur Afrika, torehan sejarah tentang keberanian pelaut
Nusantara telah tercatat. Pulau Madagaskar,
pulau keempat terbesar di dunia, menjadi saksi penjelajahan pelaut
negeri ini yang kemudian menjadi cikal bakal bangsa di negara pulau itu.
Keberanian
pelaut Indonesia sudah dikenal dunia. Pada abad ke-8 misalnya, nenek
moyang bangsa Melayu-Indonesia ( saat itu tentu saja belum ada sebutan
Indonesia); telah berani menaklukkan Samudera Hindia. Berlayar ke
Bangladesh, Afrika dan akhirnya sampai di Madagaskar pada abad ke-8 M.
Di
sana mereka pulang pergi dan akhirnya menetap. Dari keturunan mereka
yang beranak pinak di sini, bangsa Malagasy (orang Madagaskar ; pen)
keturunan Melayu Indonesia menjadi warga mayoritas di samping keturunan
Afrika dan Arab.
Tapi bukan seperti kisah genk Pinguin ini
Bahkan,
bahasa Malagasy sedikit banyak memiliki kemiripan dengan bahasa Melayu
Indonesia dan Bahasa Jawa. Untuk bahasa Melayu, misalnya saja horita
(gurita), tanjona (tanjung), varatra (barat), hihy (gigi), fify (pipi),
molotra mulut dan sebagainya.Sementara untuk bahasa Jawa, misalnya untuk
hitungan roa (loro,dua), telo (telu, tiga), fito (pitu, tujuh) dan
seterusnya.
Menurut
sejarah, nenek moyang orang Malagasy naik perahu cadik ke Samudera
Hindia dan akhirnya menetap di Madagaskar. Tapi pendapat OC Dahl,
seorang sejarawan, suku bangsa Melayu Austronesia telah hadir sejak
tahun 686SM di Madagaskar. Hal ini berdasarkan pada penemuan Kota Batu
Kapur yang mengandung tulisan Maanyan Kuno(; Suku Dayak di Kalimantan );
yang sangat mirip dengan Bahasa Malagasy. Bahkan bisa jadi Bangsa
Melayu tidak sekali dua kali singgah di negeri yang terkenal dengan
pantainya yang indah ini.
sumber : http://blognyajose.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar